R E C O N Q U I S T A
(Penaklukan Kembali Andalusia/Spanyol dari Islam oleh Nasrani)[1]
A. Latar Belakang
Sejarah perang dan sejarah damai telah hampir sama tuanya dengan sejarah kemanusiaan itu sendiri. Sejarah manusia adalah campuran unik dari keberhasilan dan kegagalan, kemenangan dan kekalahan, cinta dan perang. Pembantaian/perang adalah salah satu peristiwa yang telah menyebabkan kematian banyak orang tak berdosa, hal ini kadang dilakukan sebagai sarana pemuas kehausan mereka dalam membalas dendam, untuk ego manusia, serta kadang mengatasnamakan untuk kesucian/Tuhan.[2]
Adalah Al-Andalus (Arab: الأندلس al-andalus) sebagai nama dari bagian Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal)[3] yang diperintah oleh orang Islam, atau orang Moor, dalam kurun waktu antara tahun 711 – 1492 M.[4] Al-Andalus juga sering disebut Andalusia. Pada masa tempuk kepemimpinan Andalusia dipegang oleh Islam, Andalusia mengalami berbagai kemakmuran[5] dan kemajuan hampir di segala bidang[6]. Pembangunan secara besar-besaran, dalam hal kebebasan berpikir, banyak cendekiawan, ilmuwan, penyair, dan sastrawan lahir disana.[7] Selain hal tersebut proses selanjutnya dari tujuan Islam di Andalusia merupakan sebagai upaya menentramkan negeri itu dari anarki dan perang-perang saudara.[8]
Namun keadaan yang tentram dan damai ini dalam periode-periode sejarah selanjutnya digoyah dan diporak-porandakan dengan datangnya tentara/pasukan Nasrani yang mencoba mengambil alih Andalusia/Spanyol. Dan berdasarkan latar belakang tersebut pulalah dalam makalah ini membahas “Reconquista” (Penaklukan Kembali Andalusia/Spanyol dari Islam oleh Nasrani), yang lebih spesifik lagi terangkum dalam rumusan masalah di bawah ini.
[1] Makalah disampaikan pada mata kuliah : Sejarah Konflik dan Perdamaian Agama-agama
[2] Jika kita membaca baik-baik sejarah umat manusia, sukar bagi kita untuk mengambil kesimpulan, apakahkeadaan normal itu adalahperdamaian dengan perang sebagai selingan dari keadaan damai itu, ataukah keadaan normal itu adalahperang dengan keadaan damai sebagai selingan dari peperangan. Perang dan damai merupakan suatu kenyataan riil yang tidak dapat dibantah atau dihindari, dan merupakan suatu fakta berganda yang terjadi silih berganti dan berlangsung secara terus menerus dalam suatu continuum, sehingga menimbulkan adagium yang bersifat paradox yang berbunyi: Si Vis Pacem Para Bellum, yang berarti siapa yang ingin damai, bersiaplah untuk perang. Oleh karena itulah, sambil melanjutkan usaha untuk hidup sejahtera dalam suasana damai, pimpinan suatu bangsa dan negara harus mempersiapkan diri secara terus menerus menghadapi kekerasan yang potensial akan dilancarkan oleh bangsa dan negara lain, karena hampir dapat dipastikan dalam damai ada bibit perang, sedangkan perang cepat atau lambat akan atau harus diakhiri dengan perdamaian. Disarikan dari, https://serbasejarah.wordpress.com/2011/03/24/si-vis-pacem-para-bellum/ (22/03/2012)
[3] Dalam keterangan lain diterangkan bahwa, Andalusia di utara dibatasi oleh Extremadura dan Castilla-La Mancha; di sebelah timur oleh Murcia dan Laut Mediterania; di sebelah barat oleh Portugal dan Samudra Atlantik (barat daya); di selatan oleh Laut Mediterania (tenggara) dan Samudra Atlantik (barat daya) terhubungkan oleh Selat Gibraltar di ujung selatan yang memisahkanSpanyol dari Maroko. Juga di selatan ia berbatasan dengan Gibraltar, koloni Britania Raya. Lihat, http://id.wikipedia.org/wiki/Andalusia(22/03/2012)
[5] Musyirifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 119-120
[6] Joeseoef Souyb, Sejarah Daulah Umayah di Cardova, jilid II (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), hlm 143
[7] Muhammad Ali Quthub, Mazaabih wa Jarooim Mahakim At-Taffisy Fil Andalus, terj. Musthafa Mahdamy, Fakta Pembantaian Muslim di Andalus, (Solo: CV. Pustaka Mantiq, 1990), hlm. 26
[8] Syed Mahmuddunasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya,terj. Adang Afandi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1993), hlm. 286-287
0 komentar :
Posting Komentar