Dialektika Agama dan Budaya
(Studi terhadap Dialektika Budaya dan Agama di Kampung Kauman, Yogyakarta)[1]
I. Latar Belakang
Kampung Kauman sebagai tempat yang berjarak “0 KM” (Nol Kilo Meter) dari pusat/jantung kota Yogyakarta, adalah sebuah tempat yang mempunyai keunikan dan karakteristik tersendiri, serta terdapat agama dan budaya[2]yang di dalamnya ada masyarakat yang jelas tidak akan berdiri sendiri, ketiganya memiliki hubungan yang sangat erat dalam dialektikanya, selaras dalam menciptakan ataupun kemudian saling menegasikan.
Terkait dengan hal tersebut bahwa dialektika perkembangan masyarakat yang mempunyai sifat variatif, tidak sama antara satu tempat dengan tempat lainnya. Ada yang berkembang begitu cepat dan ada yang sangat lambat. Tidak ada fenomena kemasyarakatan yang mutlak statis, dan tidak ada yang mutlak dinamis.[3]Oleh karena itu, perubahan-perubahan yang ada dalam masyarakat merupakan gejala yang normal. Karena pokok dari segala perubahan dalam masyarakat itu ialah perjuangan manusia untuk hidup, dan untuk mencapai penghidupan yang lebih baik dari yang sudah didapat.[4]Selain itu, perubahan sosial merupakan variasi dan cara hidup yang sudah diterima, disebabkan oleh perubahan kondisi-kondisi geografis, kebudayaan, material, komposisi penduduk, ideology maupun karena defusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat tersebut.[5]
Perubahan masyarakat dapat mengenai berbagai bidang yang terkandung dalam suatu masyarakat. Bidang-bidang yang terkena perubahan masyarakat itu antara lain ialah: nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola tingkah laku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan sosial, dan interaksi sosial.[6]Perubahan memang tidak harus menyeluruh terhadap bidang-bidang di atas, bila terjadi perubahan terhadap satu atau dua bidang, sudah berarti adanya perubahan dalam masyarakat, meskipun perubahan itu dianggap sangat kecil, Perubahan-perubahan sosial itu teriadi disebabkan karena manusia yang ada di dalam masyarakat adalah mahluk berfikir dan bekerja, memperbaiki nasib, dan mempertahankan hidupnya.[7]
Selain itu, adanya perubahan-perubahan dalam masyarakat, disebabkan karena masyarakat menganggap sudah tidak puas lagi dengan kondisi yang ada, disusul adanya faktor baru yang dianggap lebih dapat memuaskan masyarakat yang dapat menggantikan faktor lama.[8] Perubahan sosial yang terjadi di dalam suatu masyarakat memiliki berbagai bentuk. Bentuk itu ditentukan oleh jalannya perubahan sosial dan kondisi yang ada pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan tersebut. Dalam kondisi tertentu, perubahan sosial itu dapat berupa social revolution.[9]
Berangkat dari hal tersebut di atas dalam penelitian ini membahas tentang Kampung Kauman terkait sekilas historisitas, karakteristiknya, dan proses dialektika agama, budaya, serta masyarakat yang ada di dalamnya, dengan pembatasan masalahnya terangkum dalam rumusan masalah sebagai berikut :
Makalah Selengkapnya lihat di : In Progress...
[1] Makalah disampaikan pada mata kuliah : Dialog Lintas Agama dan Budaya.
[2] Wawancara dengan Bpk. Ahmad Nafi’an pada tanggal, 13 Desember 2011. Dalam hal ini Agama yang dipeluk mayoritas masyarakat Kampung Kauman adalah Islam bahkan disinilah tempat berdirinya Muhammadiyah yang dibawa KH. Ahmad Dahlan. Serta Budaya yang ada pada masyarakat awal Kauman adalah budaya Kerton Ngayogyakarta yang mulanya menganut agama Islam yang masih mengandung unsur sinkretis.
[3] Soenjono, Sosiologi Pembangunan dan Industri Sektor Kehutanan (Yogyakarta: Fakultas Sospol, UGM, 1974), hlm.8.
[4] Moch. Hatta, Pengantar Kedjalan llmu dan Pengetahuan (Djakarta: P.T. Pembangunan, 1950), hlm. 10.
[5] J.B.A.F. Mayor Polak, Sosiologi: Suatu Buhu Pengantar Ringkas (Djakarta: P.T. Ichtiar Baru,1966), hlm. 385
[6] Soejono Soekanto, SH. MA. Sosiologi Suatu Pengantar (Djakarta: Jajasan Penerbit Universitas Indonesia, 1970), hlm. 242.
[7] Dr. Phil. Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Peruhahan Sosial (Bandung; Binacipta, 1979), hlm.1 88.
[8] Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, Serangkai Bunga Sosiologi (Djakarta: Jajasan Badan Penerbit Universitas Indonesia Fakultas Ekonomi, 1664), hlm.409.
[9] Ibid.…, hlm. 193.
0 komentar :
Posting Komentar